Minggu, 23 November 2008

HARAPAN DAN KENYATAAN YANG DIHADAPI PEMUDA DAN MAHASISWA SAAT INI



Oleh; Rizaul Insan

A. pengantar
Berikan aku sepuluh pemuda biar aku guncang seluh dunia
Sukarno
Begitulah ungkapan seorang presiden pertama dindonesia yang terkenal dengan tokoh nasionalis dari keoptimisannya memandang terhadap para pemuda. Bahkan para elit politik dari beberapa partai mengeluarakan stetmen “saatnya kaum muda menjadi pemimipin”. Dari stetmen ini kita bisa mengambil sebuah nilai bahwa para kaum muda masih memiliki citra yang cukup baik ditengah-tengah kepemimipinan para kaum tua yang semakin hari semakin memburuk. Sehingga kemudian para elit politik tersebut menjadikan istilah pemuda dijadikan pelengkap bahasa kebohongan mereka ( istilah pemuda dijadikan ajang iklan oleh mereka) untuk mencapai sebuah kekuasaan..
Sangat tidak bisa kita pungkiri bahwa perjalanan plitik di indonesia dari sebelum merdeka hingga sekarang pera kaum muda banyak mewarnai kancah politik di negeri ini. Dari tahun 1908 pemuda dijuluki tokoh kebangkitan nasional, tahun 1928 pemuda dijuluki tokoh lahirnya sumpah pemuda, tahun 1974 pemuda dijuluki kaum yang anti terhadap kebijakan luar negri, pada 1998 pamuda dijuluki tokoh yang mencetuskan lahirnya reformasi dan masih banyak lagi julukan-julukan para muda sesuai dengan jasa-jasa dan perjuangan-perjuanga mereka terhadap negri tercinta ini.
Namun pada kenyatan yang tampak dimata kita sekarang pemuda sudah dijadikan objek yang dipandang keliru oleh pemerintah dan hanya dijadikan ikalan semata oleh penguasa dalam proses interaksi politik dengan rakyat agar mereka mendapat simpatisan dari rakyat-rakyat yang mereka bohongi.
Permasalahan pemuda sekarang sungguh sangat membahayakan terhadap kelangsungan bangsa ini diantaranya: meningakatnya angka pengangguran, kurangnya lapangan pekerjaan dan yang terahir diantara segala permasalahan kaum yang mungkin penulis tidak paparkan semuanya namun hal ini merupakan permasalhan yang bersifat fundamental, ialah sulitnya kaum muda mengakses pendidikan dari tingkat sewkolah hingga keperguruan tinggi baikk negri ataupun swasta. Hal ini dikarnakan mahalnya biaya pendidikan sehingga kaum muda banyak kehilangan bangku pendidikannya yang mana hal itu merupakan hak-hak dasar mereka sebagai warga Negara Indonesia. lain lagi meningktnya pesisimime masyarakat dalam memmandang pendidikan yang hanya menambah timbunan penganguran pada sarjana-sarjan yang lulus dari kampus-kampus yang memiliki gedung-gedung yang mencakar langit. Padahal pendidikan merupakan pondasi dasar untuk membangun bangsa yang lebih maju dan mandiri.. kemiudian penulis sangat pesimis sekali terhadap kelangsungan bangsa ini ketika kaum muda yang lebih kren disebut dengan genarasai penerus bangsa tidak pernah diperhatikan lebih serius.

B. Pemuda Dan Mahasisiwa
Pendekatan klasik tentang pemuda melihat bahwa masa muda merupakan masa perkembangan yang enak dan menarik. Kepemudaan merupakan suatu fase dalam pertumbuhan biologis seseorang yang bersifat seketika, dan sekali waktu akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan hokum biologis itu sendiri. Dalam pengretian lain pemuda adalah mereka yang berumur diantara 15-30 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian pemuda / generasi muda sebagaimana yang dimaksudkan dengan pembinaan generasi muda dan dilaksanakan dalam Repelita IV.
Bila dilihat dari ideologis-politis, maka genarasi muda adalah calon pengganti genarasi terdahulu, dalam hal ini berumur antara 18 sampai 30 dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun Kiranya dapat kita disadari dari bebagai tafsiran tersebut bahwa pemud adaalahgenarasi penerus bangsa.
Benedict Anderson, seorang Indonesianist mengungkapkan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pernyataan Ben Anderson ini tak salah memang apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana pemuda menjadi aktor dari setiap langkah perjalanan bangsa
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga ttap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini; selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berpihak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian.
Sedangakan mahasiswa adalah bagian dari pemuda namun pemuda belum tentu mahasiswa. Karma mahsiswa merupakan status pemuda yang sedang menemmpuh pendidikan di perguruan tinggi secara setatus. Sehiongga mahasisiwa lebih memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari pada pemuda yang kehilangan bangku pendidikannya. Secara teoritis bahwa setiap status menaik maka tanggung jawabpun juga menaik.
Mahasisiwa secara garis besar memiliki dua tanggung jawab, yakni tanggung jawb internal dan eksternal, tanggung jawb intenalnya adalah dia harus berusaha utuk selalu belajar dan memehami segala ilmu untuk dia isis keotaknya. Dan yang kedua adalah dia harus bias mengaplikasikan ilmu yang dia miliki untuk pengabdian pada rakyat dengan memberikan beberapa solusi yang konkrit dan objektif pada segala permasalan dan keluhan yang dirasakan dan dihadapi masarakat.
Mahasiswa juga mengalami keterasingan dari realita sosial yang ada. Hal ini tidak terlepas dari kurikulum pendidikan yang diterimanya di bangku perkuliahan yang memang memisahkan dirinya dari realitas sosial. Dunia kampus telah didesain oleh negara menjadi “menara gading” yang hanya membuat mahasiswa memandang sesuatu dari permukaan semata. Di bangku kuliah, mahasiswa dijejali dengan serangkaian mata kuliah yang tidak ilmiah. Maksudnya, pelajaran-pelajaran yang didapatkan oleh mahasiswa di bangku kuliah tidak membuat dirinya mampu memahami arti sesungguhnya dari fungsi dan kegunaan itu sendiri.

C. Refleksi Harapan dan Kenyataan Yang Dihadpi Pemuda Dan Mahasiswa saat ini
Telah kita ketahui bahwa pemuda “ pemuda atau genarasi pemuda” onsep-konsep yang selalu dengan masalah “nilai”, hal ini sering merupakan pengertian ideologis dsan cultural dari pada pengretian ilmiah. Misalnya “ pemuda harapan bangsa”, “ pemuda pemilik masa depan “ dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan beban moral bagi pemuda. Tetapi dipihak lain pemuda mnghadapi persoalan-persoalan seperti kecanduan narkotika, frustasi, masa depa yang suram, keterbatasan lapangan kerja, sulitnya mengakses pendidikan dan lain sebagainya. Kesemuanya akibat danya jurang antara keinginan dan harapan dengan kentaan yang mereka hadapi.
Pemuda dan mahasiswa mempunyai banyak potensi yang berlebih, menurut data dari Deputi Menpora Bidang Pemberdayaan Pemuda banyaknya jumlah pemuda 37,8 % dari jumlah penduduk indonesia . Namun dengan banyaknya jumlah pemuda tesebut masalah kepemudaan juga banyak diantaranya rendahnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dan pendidikan, kemampuan kewirausahaan yang rendah, pengangguran, masalah sosial (narkoba, seks bebas), dan lain sebagainya. Bahkan,
Dari berbagai media baru-baru ini telah mempublikaskan sikap perintah terhadap preman byang di anggap selalu meresahkan keamanan dan kenyamanan masyarakat sehingga perintah dari pihak kepolisian melakukan razia preman diberbagai tempat mereka beroprasi. Dan rata-rata yang menjadi preman tersubu adalah kalangna muda baik preman laki-laki ataupuan prman perempuan. Sikap pemerintah dalam hal ini bukanlah sikap yang solotif terhadap preman tersebut karma preman yang ditangkap hanya diberikan pengarahan layaknya anak SD yang diajarkan membaca dan menulis
Namun tidak memberikan solisi yang benar dari mengapa dia menjadi preman karma mayoritas diantara preman tesebut adalah sekelompok rakyat Indonesia yang tida memiliki pekerjaan yang jelas, arah masa depan yang suram dan mereka yang hanya hidup dipinggir jalan yang hanya menannti belas kasihan orang-orang kenyang.
Maka, sikap perintah terhadap preman tersedbut bias dikatakan hanya lahir dari perspektif keaman dan buka dari persepektif alasan jelas tentang mengapa mereka mernjadi preman dan perspektif kesejahtraan social yang sangat amburadur.
Kemudian penulis juga pernah berkunjung melakukan invesitigasi kedaerah kllaten tepatnya dikecamatan bayat, didesa wong gajah penu;os hanya bertemu lima orang pemuda dari ratusa pemuda yang tinggal didaerhanya se
Dan ini meriupakan kenyataan yang dihadapi para pemuda yan gsangat konkkrit dihadapi pemuda, disisi ain mereka ingin penghidupan yang layak dan ikut andil dalam memajukan kehidupan bangsa namun disis lain mereka harus mengurs tenaganya untuk mendapatka makan ditengah-tengah kehidupan yang sangat menjepit dan nonhumanise.
B. Dominasi imprialisme menjadi mimipi buruk bagi masa depan pemuda.
Krisis yang dihadapi imprialisme AS sekarang seperti krisis financial dan kredit macet merupakan permasalahan yang berat juga bagi Negara jajahan dan setengah jajahanya seperti Indonesia. Karna dengan karakter yang dimiliki oleh imprialisme tersebut maka setiap Kebijakan negara imperialis akan memyebabkan kemiskinan pada rakyat di negeri jajahan dan setengah jajahan.
masalah-masalah yang hadapi imprialisme sekarang akan melahirkan pratek eksploitsi besar-besaran bagi negara-negara yang mennjadi daerah kekuasaannya baik eksploitrasi kekayaan alam ataupun tenaga manusia memalalui regulasi-regulasi yang dikuarkan oleh pimpinan-pimpinan negara yang pro terhadap imprialis tanpa memnadang secara objektif kaadaan rakyatnya. Sehingga dengan ini para pemuda dan mahasisiwa akan kehilangan masa depan yang cerah dan digantiakan dengan masa depan yang suram. Hal ini diperjelas dengan sulitnya lapangan kerja dan dikomersialisasikannya pendidikan
sulitnya lapangan pekerjaan membuat para pemuda banyak berkiran yang pragmatis, dan mereka siap untuk dibayar mudah oleh majikannya karna orientasi mereka bekerja bukan lagi dilarabelakagi oleh keinginan un tuk hidup sejahtera melaikan tuntutan perut yang selama ini sulit mencari makan, dan apa bila mereka meneuntut haknya sebgai pekerja agar mendapat penghidupan yang layak dengan gaji yang yang layak pula maka mereka akan mendapat konsekuensi diPHK sehingga mereka hanmya meratapi nasib mererka yangt semakin hari semakin memburuk.
Begitupunj juga dengan dikomersialisasikan pendikan atau pendikakan dijadikan barang dagangan maka memreka yang hanya memiliki orang tua buruh, petani miskin, dan kaum miskin kota tidak akan mampu mengakses pendidikan yang secara konstitusianal merukan hak-hak dasarnya sebagai warga negara indonesia. Sehingga pendidikan tersebut hanya bisa di nikmati oleh-oleh kelas-kelas ekonomi menengah. Dengan dikomersialisakannya pendidikan tersebut maka pendidikan bukan lagi akan berbicara kualita dan mutu dari pada pendidikan itu namun yang ada adalah untung dan ruginya pendidikan itu berdiri. Kemudian pelayanan pendidikan yang cenderung birokratis (istilahnya dipingpong) hingga soal dosen yang sering bolos ngajar, anti kritik, monologis dan dogmatis. Dosen-dosen sendiri juga terancam kehidupannya, karena rendahnya tingkat kesejahteraan yang diterima. Sementara, para petinggi kampus bisa terus mengganti mobil baru atau rumah baru dan mendapatkan kenaikan gaji.
Mahasiswa yang bisa berkuliah rata-rata berasal dari keluarga yang cukup mampu. Yang dimaksudkan dengan keluarga cukup mampu ini adalah keluarga yang berkedudukan sebagai borjuasi kecil hingga borjuasi besar di perkotaan. Ataupun dari keluarga tuan tanah, tani kaya dan tani sedang atas di pedesaan. Rata-rata keluarga yang mampu menguliahkan anaknya adalah mereka yang bekerja sebagai pegawai negeri, karyawan sebuah perusahaan, pemilik toko-toko kecil hingga anak-anak pejabat dan pengusaha besar. Sangat minim keluarga dari buruh pabrik, buruh tani dan tani miskin yang mampu menguliahkan anaknya. Dan Semua ini terjadi karena dilatar bekangi oleh dominasinya impirialisme.
D. Tugas dan peran pemuda dan mahasisiwa
untuk menjawab problematika rakyat
ditengah-tengah kehidupan yang terpuruk ini, dibawah naungan kepemimipinan yang anti terhjadap rakyat dan dominasinya imperialisme. Maka, sudah sepanta pemuda mengobarkan api perlawanan terhadap peninidasan, menyingvsingkan lengan baju, bangun dari tidur yanmg terlelap, untuk berjuang bersama rakyat dengan berbagai taktik perjuangan yang lebih maju dan memperdebatkan secara ilmiyah permasalahan yang dihadapi rakyat serta mennjadikan kampus sebagi benteng pertahanan rakyat ditengah-tengah hilangnya kepercayaan rakyat kepada para penyambung lidahnya.
Diantar tugas pemuda dan mahasisiwa adalah;
1. Mengabdi pada rakyat dengan mencurahkan seluruh tenaga dan pikiran untuk meningkatkan taraf kebudayaan rakyat Indonesia
Memang kita sadari bahwa mahasiswa tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi ekonomi layaknya klas buruh dan kaum tani, tetapi memiliki kemampuan pengetahuan dan ketrampilan sebagai alat produksi yang akan digunakan untuk keberlangsungan hidupnya, terutama untuk memenuhi tuntutan hidup pasca kuliah. Kedudukan sebagai borjuasi kecil juga terlihat dari watak individualis mahasiswa dan cita-cita yang rata-rata ingin jadi “orang besar” baik sebagai seorang karyawan sebuah perusahaan, birokrat pemerintahan, intelektual hingga politisi. Karena borjuasi kecil memang selau berkeinginan untuk menjadi borjuasi besar . Hingga kemudian pragmatisme begitu mengental di mahasiswa. Mahasiswa akan lebih memikirkan dirinya sendiri seperti mengejar nilai kuliah setinggi-tingginya dibandingkan memperjuangkan kesejahteraannya baik di kampus ataupun yang berkenaan dengan kebijakan pemerintah, walaupun dirinya menyadari bahwa ada persoalan mengenai hal tersebut.
Tugas ini merupakan salah satu tugas mulia yang harus diemban oleh gerakan pemuda dan mahasiswa di Indonesia. Disadari bahwa sistem pendidikan yang tidak ilmiah, tidak demokratis dan tidak mengabdi pada rakyat, telah mengakibatkan tingkat kebudayaan rakyat Indonesia sangat terbelakang. Jumlah putus sekolah dan angka buta huruf yang masih cukup tinggi, setidaknya menjadi cerminan betapa masih terbelakangnya tingkat kebudayaan rakyat Indonesia.
Gerakan pemuda dan mahasiswa yang memiliki tingkat mobilitas sosial dan politik yang cukup tinggi serta dibekali dengan sejumlah kecakapan ilmu dari bangku kuliah, mau tidak mau harus berupaya memecahkan hal tersebut dengan mencurahkan segala tenaga dan pikiran demi meningkatkan kemajuan kebudayaan rakyat Indonesia. Singsingkan lengan baju dan menyelami kehidupan rakyat—terutama klas buruh , kaum tani dan kaum miskin perkotaan—melalui kegiatan-kegiatan pelayanan sosial di bidang pendidikan, kebudayaan, olahraga dan kesehatan kepada rakyat secara sukarela dan cuma-cuma harus dijadikan sandaran sebagai salah satu bentuk pengabdian pemuda dan mahasiswa kepada rakyat Indonesia.
Hal ini juga ditujukan untuk terus memperteguh keyakinan pemuda dan mahasiswa agar selalu setia dalam berjuang. Karena hanya dengan mengetahui secara langsung kenyataan konkret kehidupan rakyat tertindas Indonesia, pemuda dan mahasiswa bisa menyadari sesungguhnya realitas kemiskinan dan keterbelakangan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia. Karena kenyataan tentang kehidupan rakyat Indonesia, tidak didapatkan dari bangku kuliah yang terus mendidik mahasiswa dengan ide-ide atau nilai-nilai imperialisme dan feodalisme.

2. Membangkitkan, mengorganisasikan dan menggerakkan massa mahasiswa untuk menuntut hak-hak demokratis-nya.
Membangkitkan kesadaran massa atas persoalan-persoalan konkret massa yang dihadapi hingga pada tingkat pemahaman lebih kompleks akan akar persoalan penindasan—imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrat—hanya bisa dijawab ketika kerja-kerja pendidikan dan propaganda secara intensif dilakukan dengan baik melalui propaganda solid ataupun propaganda luas kepada massa. Tanpa membangkitkan massa, maka sulit bagi sebuah organisasi massa mahasiswa untuk bisa mengorganisasikan ataupun menggerakan massa mahasiswa dalam memperjuangkan hak-hak demokratisnya.
Mengorganisasikan massa adalah langkah untuk bisa menghimpun kekuatan massa seluas mungkin. Karena hanya kekuatan massa yang bisa melakukan perubahan. Disinilah peran organisasi sebagai alat perjuangan
massa untuk mencapai cita-cita perjuangan sangat dibutuhkan. Hanya massa yang terorganisir dengan baik, dipandu oleh garis politik yang tepat dan di bawah kepemimpinan organisasi yang tepat yang akan bisa melakukan perubahan.
Pengorganisasian massa dengan bertopang pada propaganda sekaligus pengorganisasian solid adalah kunci utama dalam mengorganisasikan massa. Menekankan pembangunan basis pokok mahasiswa (Kampus) dengan pembentukan grup-grup pengorganisasian solid di tingkat kampus menjadi tugas-tugas mendesak untuk membesarkan gerakan massa mahasiswa.
Menggerakan massa mahasiswa setelah kesadarannya dibangkitkan dan diorganisasikan dalam sebuah organisasi adalah langkah untuk keluar dari segala persoalan yang dihadapi massa. Karena hanya dengan jalan perjuangan massa, tuntutan-tuntutan massa bisa diperjuangkan. Perjuangan massa juga nantinya akan melahirkan pimpinan-pimpianan massa. Untuk itulah perubahan disebut “karya massa”.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa pemuda dan mahasiswa mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam membentuk karakter bangsa.
Pemuda mahasisiwa sebagai salaha satu elemen yang cukup maju karena kemamapuan intelektual yang dimilikinya harus berda digarda terdepan untuk turut setra menylesaiakn soal-soal bangsa dan Negara yang saat ini sedang terjadi, agara dalam situasi sekarang ini berbagai permasalan setahap-setahap dapat diselesaikan.
Sebagaiman pada pendahuluan bahwa, Soekarno, founding father Indonesia dan Presiden pertama Republik Indonesia pernah menyampaikan dalam sebuah pidatonya bahwa ia sanggup mengguncangkan dunia hanya dengan sepuluh pemuda yang hatinya berkobar. Tidak ada yang pernah meragukan Soekarno sebagai “juru bicara” negara-negara dunia ketiga di tengah ancaman perang dingin, dan tidak ada yang pernah meragukan kemampuannya untuk mengguncang dunia dengan kharisma dan kepemimpinannya menyatukan ratusan suku-bangsa yang ada di Indonesia. Ia memiliki keyakinan terhadap generasi muda Indonesia sebagai calon pemimpin dunia
Oleh karena itu sangat mengecewakan sekali untuk rakyat ketika disituasi seperti ini pemuda dan mahasisiwa masih nyenyak dalam tidurnya, senang dengan kehedonisannya, sempit berpikir dengan kepragmatisannya dan larut dengan keterpuerukannya.
Bangkitlah pemuda mahasisiwa, rebutlah hak-hakmu yang dirampas, kobareakanlah api perjuangan, singsikanlah lengan baju, rapatkanlah barisan, lawanlah penindasan abdikan ilmu dan tenaga untuk rakyat, jangan apatis dengan kebohongan, jangan diam dengan jeritan rakyat dan berjuangalah bersama rakyat karena itu adalah satu-satunya jawaban dari persoalan-persoalan yang terjadi rakyat berdiam dibumi yang alamnya kaya raya ini.

F. Penutup

Pemuda-Mahasiswa adalah pemuda yang berstatus sebagai mahasiswa dan mengenyam pendidikan tinggi di perguruan tinggi (Universitas/Sekolah Tinggi/Institut/Akademi/Politeknik). Pemuda-mahasiswa lebih lazim disebut sebagai mahasiswa. Sementara pemuda umum adalah pemuda yang terhimpun dalam berbagai sektor masyarakat seperti pemuda buruh, pemuda tani ataupun pemuda pengangguran. Namun rata-rata, pemuda umum di Indonesia tidak mengenyam dunia pendidikan dan tidak memiliki pekerjaan secara tetap. Mereka ini juga menjadi korban dari kebijakan pendidikan mahal dan tidak adanya jaminan lapangan pekerjaan kepada rakyat, terutama bagi golongan pemuda
Dalam genggaman tangan pemuda mahasisiwa dan kekutan yang sejati dari rakyat yang akan mennghancurkan kekuasaan tirani dan membumi hanguskan kekuatan imperialisme, kapitalis birokrat dan feodalisme yang selama ini menghancurakan kesejahtraan rakyat sehingga pemuda mahasiswa masa depannya suram, hilang lapangan pekerjaanya, hangus bangku pendidikannya dan harus terpaksa menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Bangkitlah, berorganisilah dan berjuanglah kaum muda lawanlah penindasan. Itulah yang diharapkan bangsa ini padamu untuk keluar dari keterpurukan hidup ini.

Tidak ada komentar: